Bercerita atau Mendengar ?
Sebuah pertanyaan datang
"Lebih baik mana, apakah bercerita atau mendengarkan ?"
Jawabku, "semua baik, dan aku suka keduanya"
Bercerita, darinya hikmah-hikmah Tuhan terselip dan menyapa seorang yang memahami dengan telinga sekaligus hati. Ialah disebut dengan mendengar. tiada pemisah diantaranya, sudah menjadi jodoh sepertinya.
ketika bercerita, seseorang benar-benar disentuh Tuhan, apakah ia merasa sedih atau sangat bahagia atas pengalamannya. Apabila alasan ceritanya adalah ia bersedih, maka bercerita adalah katarsis, membuang segala pikiran melalui aliran suara-suara juga tangis-tangisnya. Dengan bercerita, ia akan merasa ringan hati dan ringan pikiran. sehingga sebuah senyum nampak lagi, binar kehidupan muncul lagi. maka dengarkan ia dengan sangat berempati, maka kamu adalah malaikatnya.
Saat seseorang datang, dengan binar-binar cahaya yang sangat menyilaukan, senyum mengembang sampai dirasa aura kebahagiaan bagi seorang lain yang mendengar dengan telinga sekaligus hati. Seorang itu mengatakan untuk membagikan kebahagiaan, menujukkan kebahagiaan, karena kamu layak bahagia seperti ia yang bahagia. maka dengarkan ia dengan sangat berempati, maka kamu adalah malaikatnya.
Sebuah kepercayaan disematkan kepadamu, bahwa ia mengandalkanmu menjadi tempat ternyaman yang ada. senangnya, sedihnya, senangmu, sedihmu adalah penyemai hubungan emosional diantara kalian. menjadi pengikat satu hati dengan hati yang lain. menjadikan hati dekat walau bumi menjarakkan fisik.
Mendengar, seorang penuh membuka telinganya untuk mendapat hikmah dari sebuah perjalanan orang lain yang tidak ditempa dirinya. dijadikan sebuah kisah itu, untuk mengingat-ingat dikala harus melewati jalan cobaan. Kisah yang didengar menjadi penyemai gersangnya semangat hati, ikut berbahagia walau tak dialami sendiri.
"Hai yang dirundung duka, kisahkan padaku kedukaanmu
supaya aku dapat memelukmu, dan ku siapkan sandaran terbaik untukmu,
atau Hai yang dihiasi bahagia, kisahkan padaku bahagiamu
supaya aku ikut menambah kebahagiaanmu, dan ku siapkan tawaku menambah keras tawamu
dan ketika kita diam, mengambil hikmah, supaya kita tetap pada cinta Tuhan kita
supaya Tuhan kita cinta kita, tidak bersedih keterlaluan atau bahagia keterlaluan juga"
"Lebih baik mana, apakah bercerita atau mendengarkan ?"
Jawabku, "semua baik, dan aku suka keduanya"
Bercerita, darinya hikmah-hikmah Tuhan terselip dan menyapa seorang yang memahami dengan telinga sekaligus hati. Ialah disebut dengan mendengar. tiada pemisah diantaranya, sudah menjadi jodoh sepertinya.
ketika bercerita, seseorang benar-benar disentuh Tuhan, apakah ia merasa sedih atau sangat bahagia atas pengalamannya. Apabila alasan ceritanya adalah ia bersedih, maka bercerita adalah katarsis, membuang segala pikiran melalui aliran suara-suara juga tangis-tangisnya. Dengan bercerita, ia akan merasa ringan hati dan ringan pikiran. sehingga sebuah senyum nampak lagi, binar kehidupan muncul lagi. maka dengarkan ia dengan sangat berempati, maka kamu adalah malaikatnya.
Saat seseorang datang, dengan binar-binar cahaya yang sangat menyilaukan, senyum mengembang sampai dirasa aura kebahagiaan bagi seorang lain yang mendengar dengan telinga sekaligus hati. Seorang itu mengatakan untuk membagikan kebahagiaan, menujukkan kebahagiaan, karena kamu layak bahagia seperti ia yang bahagia. maka dengarkan ia dengan sangat berempati, maka kamu adalah malaikatnya.
Sebuah kepercayaan disematkan kepadamu, bahwa ia mengandalkanmu menjadi tempat ternyaman yang ada. senangnya, sedihnya, senangmu, sedihmu adalah penyemai hubungan emosional diantara kalian. menjadi pengikat satu hati dengan hati yang lain. menjadikan hati dekat walau bumi menjarakkan fisik.
Mendengar, seorang penuh membuka telinganya untuk mendapat hikmah dari sebuah perjalanan orang lain yang tidak ditempa dirinya. dijadikan sebuah kisah itu, untuk mengingat-ingat dikala harus melewati jalan cobaan. Kisah yang didengar menjadi penyemai gersangnya semangat hati, ikut berbahagia walau tak dialami sendiri.
"Hai yang dirundung duka, kisahkan padaku kedukaanmu
supaya aku dapat memelukmu, dan ku siapkan sandaran terbaik untukmu,
atau Hai yang dihiasi bahagia, kisahkan padaku bahagiamu
supaya aku ikut menambah kebahagiaanmu, dan ku siapkan tawaku menambah keras tawamu
dan ketika kita diam, mengambil hikmah, supaya kita tetap pada cinta Tuhan kita
supaya Tuhan kita cinta kita, tidak bersedih keterlaluan atau bahagia keterlaluan juga"
Luapkan emosi sewajarnya. Bahagia sewarjarnya, bersedih sewajrny..
BalasHapus