Berkarya dengan Ketekunan



Saya bagikan kisah sebuah hikmah tanpa dusta. Beliau adalah dosen Al-Islam dikampus saya. Beliau sederhana, berdasarkan kacamata kesan pertama beliau adalah orang yang tenang, tidak berambisi besar. Kini kisah hidupnya mampu membuat saya termotivasi kembali untuk melakukan kesenangan dengan rajin. Mengingatkan saya pada dongeng yang diceritakan adek saya sepulang sekolah. Cerita tentang Kancil dan Kerbau yang mencari harta karun di Hutan. Saat kelinci tidur ia bermimpi menemukan harta karun di hutan dekat rumahnya. Ketika bangun ia merasa mimpi itu begitu nyata sehingga membuatnya gelisah. Kelinci bertemu dengan temannya kerbau, kemudian mengajaknya mencari harta karun itu ke Hutan. Mereka berangkat dengan membawa peralatan yang mereka miliki, kelinci membawa alatnya yang kecil, sedang kerbau membawa sekop yang besar. Sesampainya mereka di hutan, mereka menggali-gali tanah, awalnya mereka sangat bersemangat, beberapa jam kemudian kerbau merasa lelah dan pulang karena sampai detik itu kerbau tidak menemukan harta karun. Tetapi kelinci dengan konsisten dan sabar terus menggali tanah, terus menerus dan akhirnya harta karun itu ditemukan.

Beliau mempunyai hobi membaca, ketika beliau masih SMA di salah satu Pondok Pesantren Gresik rajin menulis diari, kemudian beliau diamanahi Kyai-nya untuk  mengambil majalah langganan setiap 2 minggu sekali. Bagi beliau ini sebuah kesempatan besar, dan beliau manfaatkan untuk ikut membaca majalah tersebut sebelum akhirnya diberikan kepada Kyai-nya. Lumayan kurang sopan sih, tapi semoga keberkahan terus mengalir. Beliau membaca majalah itu dari halaman awal sampai akhir dan yang paling ia sukai adalah bagian cerpen. Begitulah beliau menjadi sangat suka menulis cerpen. Setelah beberapa cerpen dihasilkan beliau berusaha untuk mengirimkannya ke penerbit, sudah puluhan cerpen yang ia kirim namun sekalipun belum pernah dimuat. Mungkin sudah sangat banyak tulisan yang beliau produksi. Dalam kurun waktu  3 tahun apa yang dilakukannya belum mendapat apresiasi di sosial. Beberapa orang akan memutuskan berhenti dan akan mencari kemampuan lain. Namun beliau tetap meneruskan menulis dengan berbeda genre yaitu menulis opini. Kemudian salah satu opininya dikirmkan ke salah satu surat kabar, sebenarnya motivasi utama beliau mengirim adalah untuk mendapatkan uang, karena sebagai anak perantauan saat itu harus mandiri. Beberapa hari kemudian beliau ditelpon oleh orang dari surat kabar tersebut menawarinya bekerja disana, dengan gaji 7 juta perbulan. MasyaALLAH. Allah dengan segala romantisme yang diberikan kepada hambanya.  Kemudian beliau membuktikan bahwa karnyanya diapresiasi karena ketekunan dan konsistensi yang beliau lakukan dalam menulis. Nyatanya beliau tidak pernah berada dalam pendidikan jurnalis, prestasi yang biasa saja, namun ia bisa menjadikan dirinya bermanfaat dan mendapat apresiasi yang membanggakan.

Tidak jauh berbeda dongeng kelinci dan perjalanan hidup beliau ini, karena ketekunan dan konsistensi dalam melakukan passionnya, sampai pada aktualisasi diri yang baik dan diakui oleh sosial atas kebermanfaatannya.
Ayo tekun untuk dapat bersaing didunia dan akhirat.

"Mereka manusia-manusia biasa yang istiqomah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semprotulation

Mengagumimu

Traveling