Membunuh Moral yang Buruk



Dunia pendidikan sedang berkabung disebabkan meninggalnya seorang guru yang dianiaya oleh muridnya sendiri. Sebelum kasus ini terjadi, sudah banyak kasus kasus yang sebelumnya yang tidak pernah ada dipikiran saya, bisa jadi tidak pernah terpikirkan banyak orang juga, semisal guru yang dipenjara oleh orangtua murid, orangtua murid menganiaya guru, atau guru yang menganiaya. Semua pasti ada alasan yang melatarelakangi kasus-kasus tersebut. Persoalan kekerasan hukumlah yang akan menilainya sendiri dan akan diberikan hukuman yang setimpal. Belum sempurna masalah kurikulum yang tepat untuk digunakan dalam pendidikan, kurang meratanya pendidikan bagi anak- anak indonesia, terlebih yang berada di perbatasan dan pulau-pulau terpencil, ditambah output moral yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi salah satu misi pendidikan.

Sepertinya ada yang luput dari ingatan kita, sehingga moral pendidikan menjadi tercoreng sebab kasus-kasus tersebut, salah satunya adalah adab. Rasa hormat kepada orang yang lebih tua terlebih orangtua dan guru rasanya telah hilang ditelan modernitas. Sah-sah saja kita memanfaatkan zaman, dinamis mengikuti zaman, meninggalkan hal-hal yang kovensional tapi tidak juga dengan meninggalkan budaya, sopan santun, adab dan hal-hal kebaikan lainnya. Karena manusia adalah makluk terbaik yang diciptakan Tuhan, lebih sempurna dari binatang dan makhluk lainnya, dibekali otak dan hati seharusnya kita dinamis dalam segala aspek jiwa maupun fisik. Tidak hanya fisik dan teknologi saja yang keren tapi hati, jiwa dan moral kita juga harus berkembang kearah yang lebih baik juga.

Rasulullah saw diutus Allah swt untuk menyempurnkan akhlaq manusia, betapa Allah SWT sangat mengedepankan adab dan akhlaq manusia. Imam Ibnu Mubarak mengatakan "aku belajar adab selama 30 tahun, dan aku belajar ilmu selama 20 tahun". Kisah imam malik, dimana sang ibu selalu memakaikan pakaian terbaik untuk menuntut ilmunya dan mengatakan " Pergilah kepada Rabiah, contohlah akhlaqnya sebelum engkau mengambil ilmunya".
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama” (HR. Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami).

Adab adalah melakukan sesuatu terpuji, baik perkataan maupun perbuatan (Al Hafizh Ibnu Hajar). Al Junaid ra berpendapat bahwa adab adalah memperlakukan oranglain dengan baik. Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa adab sangat penting dimiliki oleh setiap manusia sebagai makhluk sosial. Kesejahteraan dan keamanan menurut saya dapat tercipta apabila manusianya beradab dan berakhlaq mulia (perilaku yang baik). 

Darimana manusia mempelajari adab dan akhlaq ?. Salah satunya yang telah disebutkan dalam riwayat diatas yaitu guru. Anak memiliki waktu kurang lebih 8 jam bersama gurunya dalam kegiatan belajar disekolah, disana guru adalah orangtua kedua sehingga tauladan yang baik dari guru juga berpengaruh. Sifat anak yang selalu ingin tahu dan mengobservasi lingkungan serta berusaha memahami apa yang dilakukan oranglain inilah mengapa anak merupakan agen imitasi yang hebat. Jauh sebelum anak ke sekolah, orangtua adalah manusia yang mendampinginya, 24 jam bersama anak. Jadi orangtua adalah idola bagi anaknya, apa yang dilakukan orangtua akan dipelajari oleh anak. Maka orangtua atau calon orangtua harus tidak bosan memperbaiki dirinya menuju akhlaq mulia. 

Menurut Ibnul Qoyyim " sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak adalah perhatian besar terhadap perilakunya. Karena, seorang anak tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh pembimbingnya pada masa kecil". 

Al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Al-Khidr Hudain (mantan rtor Al-Azhar) sangat menganjurkan pentingnya memanfaatkan masa kecil untuk menanamkan adab dan akhlaq terpuji. "Seorang bayi dilahirkan dengan membawa fitrah murni dan lembaran tabiat putih...". Maka sendini mungkin bahkan dalam kandunganpun orangtua harus melatih anak dalam adab dan akhlaq terpuji. 

Kita paham bahwa fenomena ini bukan akibat dari satu sisi saja, entah guru atau murid yang salah, yang kita sadari adalah harus memperbaikinya dari semua elemen dunia. Terlebih manusia secara general, individu, komunitas sampai dunia, dari diri sendiri, orangtua-keluarga, lingkungan-kawan, sekolah-guru adalah agen dalam mengembalikan keadaan sosial menjadi beradab kembali. 

Mari tanpa menghiraukan lelah dalam belajar dan memperbaiki diri, sejatinya kita adalah makhluk yang berasal dari kebaikan, cinta, kasih sayang, dan ketulusan dari Allah swt (Fitrah suci). Maka tempat kita adalah berada pada situasi yang penuh kebaikan, cinta, kasih sayang tersebut. Ini salah satu yang mengisi dalam 1001 alasan kita akan menikah. Mampu mempersiapkan generasi yang sesuai fitrahnya. Wallahu" alam

Bisa juga baca buku Prophetic  parenting "cara nabi mendidik anak" karya dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid.
Sebab hidup adalah belajar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semprotulation

Mengagumimu

Traveling