Memutus Satu Mata Rantai Masalah


Astagfirullahhald'adzim... Dunia sudah menjadi sangat rapuh untuk sekedar berguncang menyapa hati setiap manusia. Bukan karena putus asa, melainkan hati manusia telah punah beberapa tahun juga seketika berlalu. Mungkin manusia tidak ingin kalah dengan peradaban teknlogi modern, berlomba menjadi termodern dan benar-benar tidak mengindahkan isi hati nuraninya. Wallahu 'alam


Tidak lain mengapa paragraf tersebut dirasa pantas ditulis, melihat fenomena perseteruan anak dan orangtua dikarenakan harta warisan sampai tega membawa orangtua ke pengadilan, bayi yang dibuang-buang di tempat sampah, selokan atau malah dikubur halaman belakang. Dan yang fenomena terkecil adalah membawa orangtua kepada panti jompo. Astagfirullah hal'adzim.

Kebiasaan maklum, tidak peduli dan apatis ini membuat sebuah masalah akan tumbuh menjadi besar tanpa disadari. Fenomena tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan orang timur apalagi dalam islam. Hukum manapun tidak membenarkan adanya kekerasan terhadap siapapun dengan alasan apapun. Ketika susunan sosial terkecil kita saja tidak dalam keadaan baik bagaiamana dengan sosial-negara bahkan kelangsungan peradaban manusia selanjutnya ?

Dari mana masalah ini dibahas sebab sudah terlalu bulat dan kusut untuk diurai. Baiklah kita mulai dari diri kita sendiri. Kenapa dari diri kita sendiri, sebab ini akan menjadi mudah dilakukan sebab ada kesadaran dari dalam diri untuk berubah menjadi lebih baik, disitulah niat ada yang akan memotivasi kita dalam proses perubahan. Berbeda dengan kita menyuruh oranglain, bisa jadi orang lain belum sadar akan besarnya suatu masalah yang ditimbulkan dari fenomena-fenomena tersebut, tidak memahami permasalahan sebenarnya, kurangnya ilmu pengetahuan dalam menanggapi feneomena dan adanya stigma masyarakat yang salah mengenai saling menasehati yaitu "baik dulu baru nasehati orang lain". Kita tidak harus marah dengan keadaan, masih banyak strategi untuk dilakukan. Mengingat cerita Mahatma gandi yang didatangi seorang ibu dan anaknya untuk dimintai nasehat supaya anaknya tidak makan permen  lagi, Mahatma gandi malah mengatakan kepada ibu tersebut, kembalilah 7 hari setelah ini. Kemudian Ibu tersebut kembali 7 hari kemudian kepada Mahatma Gandi, Mahatma Gandi hanya mengatakan "berhentilah memakan permen" setelah itu anak ibu tersebut tidak memakan permen lagi. Rahasia apa yang digunakan Mahatma Gandi, padahal ibunya sendiri juga mengatakan untuk tidak memakan permen dari bahasa yang halus sampai kasar, sedang Sederhana Mahatma Gandi mengingatkan anak itu langsung patuh ?. Jawabannya adalah semenjak Ibu datang, Mahatma Gandi tidak lagi memakan permen. Dari kisah tersebut hikmah yang dapat diambil adalah sebuah kejujuran dalam menasehati, dan tidak kaburo maktan (mengatakan apa yang tidak dikerjakan) dalam Q.S As-Shaf ayat 3 dan hal tersebut sangat dibenci oleh Allah SWT dan terbukti dibenci juga oleh sesama manusia bukan ?. Jadi kunci dalam memutus mata rantai permasalahan ini adalah kejujuran, ketulusan niat kita dan mengharap Ridho dari Allah SWT. Terlepas bagaimana pola asuh, perlakuan orangtua dan lingkungan terhadap kita, usaha yang bisa kita lakukan adalah ;

  1. Memahami diri sebagai manusia terkhusus pemuda
Kita manusia diciptakan oleh  Allah sebagai pemelihara alam kehidupan, saling menyayangi antar makhluk bukan ?, dengan beriman dengan Allah dan rukun iman serta melaksanakan rukun islam sudah cukup bekal dalam melangsungkan kehidupan rahmatan lil'alamin. Sebagai pemuda yang memiliki tenaga dan waktu yang banyak adalah penting bagi kita untuk memanfaatkannya sebaik mungkin mencari bekal sebagai penerus bangsa. Alasan paling kecil adalah kita manusia dikaruniai hati nurani, baik yang sempurna ataupun tidak, yang hitam atau putih, yang beriman atau atheis pun memiliki hati nurani didukung oleh pikiran kita. Pasti kita akan selalu gelisah ketika perbuatan yang salah kita lakukan, itulah alarm kita untuk tidak terus menerus berbuat kerusakan di bumi ini. Tetapi bisa jadi alarm kegelisahan itu mati sebab sudah membatu oleh perbuatan jahat yang sudah milayran kali kita perbuat. Maka berhati-hatilah.

  1. Berusaha mempelajari ilmu  pengetahuan untuk dapat menangkal dampak buruk
Dengan mengetahui ilmu pengetahuan agama maupun umum, nyatanya kita ditunjukkan dalam kehidupan yang baik, bagaimana memnafaatkan alam untuk kelangsungan hidup, membatasi penggunaan, dan sebagainya dimana kita juga akan tahu bagaimana cara menghindari dampak buruk dari perbuatan yang kita lakukan.

  1. Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua
Parenting sudah banyak di gaungkan sekarang, dimulai dari komunitas, dan keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Mempersiapkan diri menjadi orangtua baiknya dilakukan sejak sekarang tidak hanya setelah menikah, karena mendidik anak yang memerlukan tahap yang lama dan strategi yang tepat. Kalau tidak dipersiapkan dari sekarang, setelah menikah akan membutuhkan effort yang lebih.

  1. Berbakti kepada orangtua apapun keadaan orangtua
Belajar menjadi orangtuapun dibiasakan dengan cara berbakt dengan orangtua sejak dini, bukankah kita juga ingin anak kita berbakti. Kata pepatah "buah tidak jatuh jauh dari pohonnya". Saya sangat setuju dengan pepatah tersebut, sebab perangai kita pasti akan ditiru oleh anak kita, apalagi pada tahap usia imitasi, anak akan melihat perilaku orangtua dan menirunya dengan sangat baik, karena itu salah satu kebutuhan anak dalam pertumbuhan maka tidak rela bukan anak kita meniru perilaku yang jelek dari kita. Maka dari itu kita harus benar-benar memperbaiki akhlaq dan menjaga self control untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik.

  1. Menjadi tauladan untuk lingkungan/memberikan pengaruh positif
Jangan simpan rapat-rapat kebaikanmu dirumah, mulailah menjadi agen of change dalam lingkunganmu. Menjadi orang yang berpengaruh akan sangat mudah menymapaikan kebaikan dan merubah tatanan sosial yang ada. Dengan niat yang tulus manusia tidak akan pernah buta dengan kebaikan yang terlihat dan tidak akan betah untuk tidak mengikuti kebaikan. insyaAllah.

Semoga bermanfaat, sebab ini juga menjadi pengingat diri untuk tetap berada di jalan kebaikan. Dan alangkah indah ketika kita dapat berjalan bersama, beriringin menuju kebaikan yang nyata nantinya. Wallahu'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semprotulation

Mengagumimu

Traveling