Menyalahkan Perasaan
"Kalau cewek baper iku yg salah yg buat baper apa yg rasa baperen terus ya " 😃
Yang salah siapa ? Yang menjadi korban siapa ? Yang buat baper ? "ya jelaslah salah yang buat baper" biasanya perempuan yang aktif mengkampanyekan hal tersebut. Memahami pelan, sangat pelan dari kalimat "yang buat baper" dapat dimengerti menunjukkan individu yang aktif dan sengaja membuat individu lain baper atau merasakan simpati kepada pelakunya. Kemudian apakah benar pelaku tersebut tidak senang jika lawan interaksinya berperasaan terhadapnya ?.
"Tak begitu, aku begini adanya, tidak sama sekali punya niat membuat baper". Dilain sisi laki-laki juga berdemo, kami ini selalu salah, padahal kalian yang terlalu baperan. Let's be friend (kata Fahri, AAC 2). Segala yang berlebihan tidak baik, fitrahnya manusia perempuan begitu peka dan berperasaan tetapi jika ditafsirkan bersama harapan-harapan na difaktori drama sampai lupa realitas terbang tak berkendali, saatnya jatuh sakit yang dirasa.
Lalu mengapa kita menyalahkan kebaperan itu ? Dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan harapan atau realitas, perasaan adalah kemutlakan yang dimiliki manusia. Berada dihati, perasaan berkembang positif berbanding lurus dengan jiwa-jiwa yang diisi dengan ketuhanan. Sebaliknya akan mudah sakit, seiring jiwa-jiwa yang kosong dari ketuhanan.
Saat kita dengan iman penuh, mudah bagimu menolak perasaan yang tidak semestinya ada, atau ketika kita lalai setidaknya masih ada hikmah yang menunjukkan jalan kebenaran, mengembalikan perasaan kepadaNya. Namun jiwa yang kosong, menjadi sarangya bisikan tak bertanggungjawab, dipermainkan drama tak masuk akal. Mulai dari pikiran, mimpi, alunan imajinasi dan lamunan meresahkan. Sungguh memporak-porandakan hatimu kan ?
Menjadi manusia dengan hati memang sulit, menjaganya pun perlu pengorbanan, namun tujuan kita sama, selamat !. Mengisi jiwa dengan aktivitas ketuhanan, jangan sempatkan seperdetik waktu hatimu lalai dari Allah. Banyak berinteraksi dengan Kalamullah, bermesra dalam asma-asmaNya dan ibadah-ibadah lainnya, jangan lupa puasa dan qiyamulail.
Menjadi kuat jiwa dan fisik wajib dimiliki kita diakhir zaman ini. Siapa yang akan bertanggungjawab kalau bukan kita sendiri. Siapa yang mampu menolong, kalau bukan diawali dari kita sendiri. Ketika hati berdesir betapa baiknya ia, sebab jiwa tidak berbohong dalam melihat ketulusan. Ingat Tuhan andil dan Dialah menunjukkan betapa baiknya Dia kepada hambaNya untuk dipahami, dipelajari dan diamalkan, sehingga bertambah iman dihati.
"MasyaAllah, ma fiqolbiy ghoirullah. Ya muqollibal qulub, tsabit qolbiy 'ala diinik"
Wahai remaja akhir zaman, sebesar apa itu lubang menjerumuskanmu ke neraka, sebesar itu pula peluangmu bersurga.
Komentar
Posting Komentar